Yainem, nenek berusia 76 tahun menikahi seorang pemuda yang baru berusia 29 tahun bernama Jamhar Ali Nursahid, warga Desa Mrayan, Kecamatan Ngrayun, Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (27/11/2020). Ijab kabul nenek Yainem dengan Jamhar berlangsung khidmat dengan didatangi sejumlah kerabat dari kedua mempelai. Jamhar merupakan duda dan Yainem yang tinggal di Desa/Kecamatan Slahung merupakan seorang janda.
Keduanya juga belum mempunyai buah hati dari pernikahan sebelumnya. Yainem mengatakan awalnya ia bertemu Jamhar di Pasar Slahung. Setelah beberapa kali ngobrol, ternyata antara keduanya ada kecocokan.
Sebulan kemudian keduanya mulai saling menyatakan perasaannya. "Tapi saya tanya, apa tidak apa apa. Kamu masih muda lo mas," kata Yainem saat ditemui usai ijab kabul. Pada saat itu menurut Yainem, Jamhar mengatakan perbedaan umur yang jauh tidak menjadi masalah.
Keduanya pun memutuskan untuk melanjutkan hubungannya tersebut ke jenjang yang lebih serius. Sementara itu, Jamhar mengatakan ia tulus mencintai Yainem. Menurutnya Yainem bisa memberikan rasa tenang kepada dirinya.
Umur Yainem yang lebih tua, menurutnya justru bisa menjadi pengayom di dalam rumah tangganya. Ia tidak begitu menghiraukan kalau ada omongan atau cibiran dari orang lain terkait rumah tangganya. "Karena saya sudah yakin, ya sudah yakin," jelasnya.
Tak kalah menghebohkan pernikahan Tri Sutinem nenek berusia 65 tahun dengan remaja 24 tahun bernama Ardi Waras di Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan. Dalam video viral di resepsi pernikahan itu, nenek pemilik nama lengkap Tri Sutiyem yang biasa disapa Mbah Gambreng ini ekspresinya penuh gembira. Pernikahan siri keduanya dilangsungkan pada Jumat (5/6/2020).
Cinta di antara mereka tumbuh seiring berjalannya waktu. Bahkan, awalnya Mbah Gambreng hanya menganggap Ardi sebagai anak angkatnya. Selain Ardi, Mbah Gambreng telah mengangkat empat orang anak yang terdiri dari tiga lelaki dan satu perempuan.
"Iya, sudah empat orang anak angkat saya, tiga laki laki dan satu perempuan, tiga sudah menikah dan punya rumah tangga sendiri, satu lagi Ardi ini yang jadi suami saya," kata dia. Mbah Gambreng selama ini bekerja serabutan mengambil upahan karet di lahan milik orang lain. Untuk mencukupi hidupnya, Mbah Gambreng juga berjualan pakaian dan jamu keliling.
Mbah Gambreng mengenal Ardi lebih kurang sejak satu tahun yang lalu. Pemuda 24 tahun bernama Ardi itu adalah seorang penari di grup kesenian kuda lumping, sedangkan Mbah Gambreng adalah salah satu pengurusnya. Saat itu, dirinya hanya menganggap Ardi sebagai anak angkat.
"Bahkan, telah saya anggap seperti anak sendiri tanpa adanya perasaan," tutur dia. Lama kelamaan mereka saling tertarik dan jatuh cinta. Puncaknya, Ardi menyatakan cinta kepada Mbah Gambreng usai diledek.
Melihat keseriusan Ardi dan lantaran cinta telah tumbuh di hati keduanya, hubungan itu pun berlanjut ke pernikahan. Kepala Desa Bumiharjo Wahyudi membenarkan kabar pernikahan nenek 65 tahun dengan pemuda 24 tahun di wilayahnya. Ia mengaku awalnya terkejut dan tak percaya mendengar kabar itu.
Pernikahan siri itu dilangsungkan di Desa Bumiharjo dengan maskawin sebesar Rp 100.000. Namun, setelah mendatangi keduanya, Wahyudi mengusulkan agar pernikahan mereka dicatatkan secara resmi. "Iya benar, Pak, ada warga saya bernama Mbah Gambreng yang sudah berusia 65 tahun menikah dengan pemuda dari desa tetangga, Desa Cahaya Makmur, bernama Ardi Waras."
"Karena menikahnya secara siri, maka saya usulkan agar dicatatkan secara resmi dan akan saya bantu mengurusnya," kata Wahyudi.